Sidikalang- Dairi Pers : Bakal Cabup/ cawabup Dairi 2024 Jogi Tambunan dan H. Anwar Sani Tarigan telah menjadi bahan perbincangan local usai pemilu silam . Jogi Tambunan dibicarakan karena salah satu anak Dairi yang mampu mengembangkan bisnis yang ditinggalkan orang tua. Jogi dinilai berbeda dengan anak mapan lainnya yang justru tidak meneruskan jaringan orang tua yang pernah dibangun . Banyak hal membuat seorang Jogi Tambunan menjadi tangguh salah satunya didikan tegas dan disiplin dari sang almarhum ayahandanya . Ternyata cawabup H Anwar Sani Tarigan juga mendapat gemblengan tidak tanggung tanggung dari sang ayah dan bundanya hingga membentuk kepribadiannya yang tangguh untuk survive meniti kehidupan. Anwar hanya desa yang berangkat dari nol.
Dalam tulisan ini Dairi Pers mengupas kisah perjalananan Jogi Tambunan Pemilik Sasta Group di kabupaten Dairi yang kini usahanya merambah hingga Kalimantan dengan pertambangan Batubaara. Sementara bakal cawabup H Anwar Sani Tarigan kisah hidupnya akan dikupas dalam tulian berserial menjadi pengusaha Emas , sukses di dunia kontraktor ini hingga kini menjadi anggota DPRD Sumut.
Perbincangan Media ini dengan keduanya di Rumah Pemenangan Jogi Pas senin (19/2/2024) mengalir begitu saja . Diselingi tawa dan kisah pilu cerita masa kecil keduanya mengalir begitu saja. Ternyata keduanya dibesarkan bukan sebagai anak mami manja atau anak gedongan. Namun deraan demi deraan, ujian demi ujian dan ketegasan demi ketegasan mewarnai perjalanan hidup keduanya. Tak malu mengakui kalau terkadang harus menangis tidak bisa membendung air mata saat membentuk jati diri.
Dalam rekaman Dairi Pers pasangan Bacabup Dairi Jogi Tambunan menceritakan bagaimana perjalanan hidupnya hingga sekolah ke luar negeri. Namun baginya tidak ada kota seindah Dairi. Jiwa telah memanggilnya untuk kembali meski diawal tidak tahu apa yang akan digeluti. “ Bagi saya ayah adalah dosen dan mentor sedang Ibu adalah malaikat ketenangan batin. Mungkin ada orang menilai kami keluarga lumayan di zamannya. Namun saya harus jujur mengakui kalau saya didik bukanlah sebagai “ Anak Mami” Tetapi disiplin tegas dan tanggung jawab diajarkan secara praktek. Jangan pernah berfikir kami 5 anak anak bapak tidak pernah dibentak. Jangan pernah berpikir kami dididik dengan kemanjaan namun lebih kepada disiplin dan tanggung jawab. Bapak itu mengajarkan kami tentang beratnya persaingan. Maka kami diajarkan keseriusan dalam sekolah, sekolah, bekerja dan memahami prinsip prinsip kehidupan” sebut Jogi.
Dalam kisahnya diungkapkan disiplin . Maka anak anak wajib duluan bangun daripada sang ayah. Demikian juga tentang pekerjaan , tugas dan tanggung jawab. “ Saya disuruh berangkat sendiri ke Medan membawa peralatan mesin rusak. Saya yang harus ikat sendiri dan cari bengkel. Tidak ada manja disini. Maka semua perbengkelan yang berkaitan mesin di Medan saya tahu. Saya dibentuk untuk menghargai kerja keras ” Urainya
Suatu saat saya disuruh berangkat untuk belanja bahan karena ada paket pendirian bangunan sekolah. Bahan diutuliskan detail hingga hal kecil seperti engsel pintu. Ada beberapa toko direkomendasikan. Namun saya harus bertanya satu persatu toko banhan bangunan ini untuk mendpatkan harga terbaik. Memang kesal karena Lelah dan cape namun hari ini saya dapatkan ilmu dari kelelahan itu faham bisnis dan bahan bangunan, jelas Jogi sambil tertawa.
Saat ditanyakan apakah seorang Alm ayahanda pernah marah? . Jogi langsung tertawa bercerita kalau dirinya pernah tiga tahun dicueki. Hanya karena masalah kemandirian di rumah tangga setelah menikah. “ Entahlah namun selama itu juga saya tidak pernah menjawab sepatah katapun kalau beliau marah. Saya memilih diam dan paling menangis dalam hati. Syukur ibunda jadi malaikat kala batin kita merasa sendiri. Namun seiring usia dan waktu baru kusadar apa yang dilakukan almarhum ayahanda adalah bagian dari pembelajaran praktek akan pnetingnya tanggung jawab kerja dan etika” jelas jogi.
Dairi Pers menanyakan apa yang paling diingat dari seorang ayah yang kini telah pergi bertemu Tuhannya. Jogi Tambunan mengurai banyak hal dan banyak pelajaran berharga tentang pekerjaan persahabatan dan social. “Bapak itu kalau ada kerjaan misalnya pengaspalan maka tiap hari harus lihat. Beliau memang perfeksionis dalam pekerjaan. Sorenya bergangunbung dengan pekerja minum tuak atau main gitar Bersama. Beliau bergaul sama siapa saja tidak membedakan diri sebagai pengusaha dengan anak buahnya. Maka kalau sekarang di Group Sasta itu banyak pekerja yang sudah berumur dan tua itu merupakan warisan ayahanda yang hingga kini bertahan . Tidak mungkin mereka bertahan jika mereka merasa diperlakukan tidka manusiawi, Sebut Jogi
Saya sebenarnya bukan tipe suka mengungkit sesuatu tentang pemberian . Namun bisa ditanya karyawan Sasta itu bagaimana dalam memikirkan kesejahteraan karyawannya. “ Bagaimana penggajiannya, bagaimana sistim social dan kekerabatan yang terbangun di dalamnya boleh ditanyakan karyawan sasta. Demikian seterusnya berkaitan dengan hubungan social dan kegiatan social dari luar karyawan sasta kita tidak pernah berdalih untuk mengelak. Kami diajarkan memuliakan karyawan dan orang lain dibatas batas wajar” sebut Jogi.
Jogi Tambunan menyebut terkadang sedih jika mendengarkan ada kalimat sumbang menyebut dirinya pelit . Bahkan itu diucapkan orang yang sama sekali tidak pernah berhubungan dengannya. “ Tidak kenal, tidak pernah bertemu namun langsung membuat penghakiman dengan kalimat demikian itu tentu menjadi fitnah . Namun saya faham menjadi public vigur tidak mudah karena akan diserang dengan berbagai pernyataan pernyataan miring dan Hoax. Bagi saya sederhana saja maju sebagai Calon Bupati Dairi adalah karena dorongan banyak sahabat untuk kepentingan Bersama local rakyat Dairi. Bahwa anak kampung di Dairi ini bisa lebih baik daripada pemimpin yang import.
Niat juga sederhana mengembalikan Dairi pada marwahnya dulu . Niat Dairi menjadi rumah milik semua yang mempunyai batas batas etika dan kearifan lokal . Dan saya sadari tidak semua orang suka dengan Jogi Pas. Tidak ada hak saya untuk memaksa orang suka dengan saya. Namun Kami Bersama H Anwar Sani Tarigan yakin ketika berbicara “saatnya Anak Dairi” maka semua orang yang lahir Dairi , Berkarya di Dairi akan bersatu menjadi sebuah kekuatan maha dahsyat mengembalikan kearifan local dengan budaya yang didalamnya etika, menempatkan ASN yang nyaman, Uang bukan segalanya, pelangi dalam pemerintahan hingga sejalannya rakyat dan pemerintah daerah, Ujarnya mengakhiri. (Hen) Bersambung
+ There are no comments
Add yours