Sidikalang- Dairi Pers : “ Dosakah yang dia kerjakan, Sucikah Mereka Yang Datang? “ Demikian petikan syair lagu Titiek Puspa “Sikupu Kupu Malam”. Mungkin lagu ini juga mewakili jeritan hati keluarga yang ditinggalkan Bunga (Sebut saja begitu). Wanita muda yang tewas dengan mulut berbusa tiga pekan silam dikawasan hiburan malam kompleks ring road, Kuta Rakyat, Sidikalang Kab. Dairi. Mungkinkah karena sucinya mereka yang datang maka tidak berlaku sila ke 5 pancasila untuk wanita berusia 25 tahun tersebut?.
Kisah Birahi Berbusa Dipuncak Kupu Kupu Malam ini sempat redup. Bukan karena dinginnya udara malam kota Sidikalang atau kurangnya daya listrik PLN. Namun mungkin juga orang orang suci yang datang dinilai tidak pantas dikenakan pidana. Meski faktanya mereka saksi hidup terakhir kali saat malaikat maut mencabut nyawa Wanita asal Medan tersebut. Kisahnya hilang bak embun pagi disapu cahaya mentari. Aparat sepertinya lebih tertarik kisah begal payudara dan tidak memblow up penegakan keadilan bagi wanita beranak satu itu.
Lantas kisah tamatnya Wanita beranak satu itu harus menghembuskan nafas terakhir diruangan hingar binger music dengan lampu redup Hingga kini belum terbongkar. Tentu hanya malaikat yang tau dan orang suci yang hadir. Namun imajiner berkata seperti biasa jelang pukul 2 pagi pada 4 agustus 2025 dingin menyelimuti kota Sidikalang.
Nun terpencil disuatu sudut kota Sidikalang. Satu ruangan dengan lampu redup bercampur suara music memekankan telinga berharap terhibur dan mendapatkan kehangatan dari miras dan harumnya parfum cap kupu kupu. Tidak ada yang tahu persis apa yang terjadi di gelap gulita dini hari itu.
Namun imajinasi berkisah kalau setidaknya petualangan menaklukkan Samudra meski hanya seluas 4 X 5 meter. Suasana ruangan dengan lampu remang remang dihuni pria dewasa dan Wanita dewasa tentu tidaklah berlebihan berfantasi bak sampan diatas danau mini. Dayung mendayung, engkol mengengkol hingga lebih primitive dadap mendapap bisa saja terjadi. Tentu hanya malaikat dan Orang suci yang tahu persisnya seperti apa liarnya malam itu.
Tepat pukul 02.00 WIB baru kegembiraan gila itu berubah seketika menjadi duka mendalam. Bunga Wanita yang sedari tadi menemani orang suci mencari kegembiraan dunia itu terlihat terkapar lemas dengan mulut berbusa. Kepanikan luar biasa terjadi hingga . Wanita dengan rambut ikal itu semakin melemas hingga pihak rumah sakit menyebut kemungkinan besar over dosis.
Tentu orang medis tahu persis yang dikonsuimsi bukan obat datang bulan apalagi obat cacing. Ini sesuatu yang lagi tren obat yang memacu adrenalin dan psikoaktif. Sayang hingga kini tidak ada yang dipersalahkan hukum atas terengutnya nyawa Wanita malang itu. Keadilan seakan membisu. Layar panggung teather ditutup meski ending kisah belum tamat. Dibiarkan samar tanpa penghujung. Nyawa dinilai hanya sebuah permainan. Keadilan dan hukum seakan membisu atau dibisukan.
Lantas siapa orang suci diruangan remang remang malam jahanam itu?. Mengapa mereka tidak tersentuh padahal saksi hidup detik detik akhir malaikat mencabut nyawa pasangan dugemnya. Konon mereka pejabat public dan seorang yang bergelimang harta. Mengapa pula hukum seakan diam seribu Bahasa. Lanjutan kisah ini akan diungkit media ini pada tulisan berikutnya. (Red)
+ There are no comments
Add yours