Berharap Ombak Tsunami Ternyata Hanya Gelombang Kolam

Estimated read time 4 min read

Menjadi Bupati/ wakil Bupati  di Dairi masih diminati puluhan vigur yang menurut mereka terbaik. Sejak dua tahun lalu sudah muncul sejumlah vigur yang diperkirakan bakal maju di Pilkada Dairi 2024. Puluhan vigur yang dielu elukan simpatisan kerap muncul di baligo, spanduk hingga seliweran di Medsos. Ibarat test ombak berharap reaksi rakyat setinggi ombak tsunami ternyata banyak diantara vigur hanya menghasilkan riak riak gelombang kolam pancing lae Pinang. Ibarat preman subuh teriak teriak di tengah jalan menantang siapa saja saat orang tertidur pulas .  Namun saat orang mulai bangun dia diam dan tidur.

Dari kacamata  hukum tidak ada yang dilanggar bagi mereka yang mengumbar foto, baliho, gelar kegiatan  social dengan aroma berharap jadi bakal cabup/ cawabup Dairi 2024. Tidak juga menjadi salah  jika ada vigur kepedean baru melihat elang terbang tinggi langsung nekat menggiling bumbu gulai. Padahal jangankan masak daging elang tempat dimana hinggap juga belum pasti.

Amatan penulis beragam tingkah para vigur Cabup/ cawabup yang ingin bertarung di pilkada Dairi 2024. Namun motivasi simpatisan atau Tim sukses hanya satu yakni “ materi”. Tim sukses terbagi dalam beberapa jenis yakni bantu waktu, tenaga, pikiran dan materi. Ada yang hanya materi hingga disebut konglomerat. Dan yang banyak jenis  hanya modal teriak teriak yang disebut tim hore hore lantas saat menang merasa paling berjasa dan dihunjuk membagi PL (Penghunjukan Langsung).

Penulis menduga sejumlah vigur yang diyakini bernafsu jadi calon bupati atau calon wakil Bupati Dairi 2024 lantas memesan formulir dari sejumlah partai  hanya mengandalkan nasib nasiban , Tidak mempunyai cermin di rumah . Melihat Bupati atau wakil Bupati itu enteng dan mudah   cukup modal spanduk atau baligo ucapan puasa, lebaran  lantas berharap reaksi masyarakat Dairi luar biasa . Seterusnya karena spanduk itu rakyat Dairi percaya dan menghiba hiba agar dirinya serius mencalonkan diri di pilkada Dairi.

Ada yang hanya modal “omon omon” di Medsos dan WAG.  Cukup bermodalkan foto editan dari aplikasi gratis tuliskan kata kata ingin bangun Dairi lantas berharap ada yang melamarnya jadi calon wakil Bupati. Dan alhamdulilah hampir semua vigur yang muncul mengaku sebagai putera daerah berharap lebih tergaransi bukan maling . Berbeda dengan mereka yang tiba tiba muncul ke Dairi berteriak lantang  dari mulut membangun Dairi  meski tujuan aslinya di hati  jadikan Dairi sebagai sapi perahan dengan menguras kekayaannya untuk dipindahkan kerumahnya diluar Dairi.

Ada yang lebih parah jarang ke Dairi ,untuk mendapatkan formulir pendaftaran saja masih melalui orang lain. Modal dirikan belasan baligo dengan wajah senyum terbaiknya berharap rakyat Dairi langsung jatuh hati dan berduyun duyun memohonnya agar mencalonkan diri.

Ada yang bergaya ala nonton bioskop Togar era Tahun 80 an “ Sakarcis Dua Pilim”. Berharap dapat nomor peserta lantas pantungan dengan tandemnya di pilkada Sumut. Berikan satu amplop harus pilih Paslon Cabup Dairi dan Paslon Cagub.

Sejujurnya penulis ingin meminum antimo karena eneg menahan muntah lihat gaya dan tingkahnya yang terlalu melecehkan rakyat Dairi ini. Membangun narasi cerita cerita fiktif kaya raya di rantau dengan segudang bisnis padahal berkelahi hanya karena pembayaran di rumah makan.

Bagiku jenis begini hanya sejarah yang terulang karena 2018 silam jenis yang sama sudah muncul memboyong serta tim media, ahli  politik atau semacam konsultan dari Jakarta. Merasa lebih pintar dari penduduk local Dairi. Dan hasilnya jangankan menang dapat nomor peserta paslon saja gagal. Padahal Vigur ini masih menghargai rakyat Dairi karena dua tahun sebelum pencalonan sudah melakukan kegiatan social dan bantuan Pendidikan untuk anak anak kurang mampu .  Istrinya cantik dan tidak “jabiron “ loh. Itu saja putus. lah yang ini amit amit….

Ini tiba tiba muncul  klaim anak Dairi, tidak pernah terdengar punya usaha atau buat kegiatan social di Dairi. Lantas merasa sudah pantas jadi Bupati atau Bupati di Dairi. “ ehhhhh…bagindai ngo…Oiiii bro jangan kau nilai Dairi ini kecil. Merasa anda lebih layak dari kami ? Modelmu tidak jauh beda dari pendahulumu” (Penulis : Hendrik Pemred Dairi Pers)

Anda Mungkin Suka

Berita Lain

+ There are no comments

Add yours