Ada banyak cara mencuri perhatian . Paling cepat adalah penuh rekayasa. Dalam politik menipu bisa menjadi gimmick untuk menarik perhatian menutupi ketololan yang sepi prestasi. Tipu tipu untuk mengelabui berharap orang menilainya hebat. Mereka yang memilih gimmick dipastikan adalah orang lemah, miskin prestasi dan sungguh penganut paham mas+++basi. Sor sendiri, menghayal sendiri, bekerja sendiri dan lemas sendiri.
Saya teringat seorang anak Simpang Salak yang menjadi anggota PPM. Kemana mana gunakan baju PPM dengan tongkat komando. Bagi orang awam sulit membedakan tentara atau PPM. Gimmick yang diiperankan akhirnya sukses menikahi seorang wanita lugu dan polos. Wanita ini tertipu habis saat ditanya apa PPM yang dijawabnya dengan Pelatih Polisi Militer. Terlalu percaya dan tanpa ricek sang wanita akhirnya menderita sepanjang hidup karena nasi sudah menjadi bubur.
Dalam tahun politik banyak Gimmick bertebaran dimana sulit membedakan antara rekayasa dan kebenaran. Lihat saja ada calon pemimpin tiba tiba dikejar rakyat dipeluk dan pura pura menangis didada si calon. Didramatisir sedemikian rupa sehingga timbul kesan seolah olah orang baik, cocok jadi pemimpin, memikirkan rakyat , dan manusia setengah dewa lantas di upload besar besar media bayaran.
Tipuan sehingga melahirkan kesan “ maccam betul” banyak dulakukan didunia bisnis, entertainment hingga politik. Dalam dunia entertainment sengaja menyewa penonton bayaran yang sanggup teriak, tepuk tangan, dan tertawa meski sebenarnya adegan yang ditampilkan tidak lucu dan sama sekali tidak menarik.
Dulu ada teman saya yang dewan mengajak saya ke Jakarta untuk menerima penghargaan dari salah satu lembaga media. Konon penghargaan yang diterima teman saya ini kategori “ DPRD Kabupaten paling respon aspirasi rakyat”. Acara distel sedemikian rupa di hotel berbintang di Jakarta menghadirkan sejumlah public vigor dengan artisnya Endang S Taurina. Selembar kertas dan piala penghargaan diberikan. Hingga saya ekspos besar besaran di Media tempat saya bekerja.
Belakangan saya tanya selidiki bagaimana metode penilain , kapan dilakukan penilaian dan siapa penilai ternyata tidak ada. Semua telah diatur dengan uang. Memang karena gimmick meski difollow up besar besar media malah jadi bahan tertawaan masyarakat Dairi kala itu.
Gimmick atau aksi tipu tipu adalah hal biasa ditahun politik maka jika melihat tiba tiba menggendong anak anak, berfoto dengan lansia yang kumal, memasang wajah sedih “sangat kehilangan” saat melayat, di Foto saat tidur dirumah rakyat jauh di desa, bak bintang berfoto ditengah siswa sekolah dengan senyum lepas tapi ngajak minum cendolpun tidak , yakinlah itu kemungkinan besarnya hanya tipuan belaka . Mencari untung dari foto rekayasa hati. Tipuan demikian memerlukan kreativitas atau ide kreatif untuk melakukannya. Dan hanya mereka penipu ulung sukses dengan gimmick setega itu.
Diakhir tulisan ini saya ingin ceritakan kisahnya nyata seorang tukang bakmi di kota Sidikalang yang hobby gimmick. Dulu ada mobil tentara jenis CJ 7 yang kalau itu lewat sangat ditakuti banyak orang. Penjual mi pemuja “ gimmick” ini rela membayar uang besar kepada supir agar bisa mengendarai mobil bergengsi itu. Dan jadilah dia mutar mutar kota sidikalang dengan kaca jendela mobil diturunkan .
Begitu dinikmatinya pertontonan tipu tipu itu. Tidak ada lagi yang berani kepadanya karena yang terpatri dipikiran masyarakat kala itu dia dekat dengan tentara. Tak lama kemudian terkabar tukang mi tewas dengan kepala pecah diduga dijatuhkan dari lantai 2 sebuah ruko yang menjadi kantor togel.
Mengingat kisah tragis itu dipikiran saya menyimpulkan ternyata memang orang orang pemuja gimmick dan pengagum rekayasa bagusnya dihabisi saja. SATIRE (penulis : Hendrik Situmeang)
+ There are no comments
Add yours